Tiga istilah penyakit hati
1. Iri Hati
Iri hati adalah suatu sifat yang tidak senang akan rizki / rejeki dan nikmat yang didapat oleh orang lain dan cenderung berusaha untuk menyainginya. Iri hati yang diperbolehkan dalam ajaran agama adalah iri dalam hal berbuat kebajikan, seperti iri untuk menjadi pintar agar dapat menyebarkan ilmunya di kemudian hari. Atau iri untuk membelanjakan harta di jalan kebenaran.
Iri Muncul dari Membandingkan
Kecemburuan, iri hati, dan dengki adalah musuh hidup manusia. Sikap ini sangat meracuni. Sayang, banyak orang tidak menyadarinya.
iri hati muncul setiap saat karena kita cenderung membandingkan diri kita dengan orang lain. Pikiran yang seharusnya difokuskan pada diri sendiri justru berpaling ke orang lain, sehingga timbul rasa iri.
Setiap orang sebenarnya memiliki hidupnya sendiri. Setiap orang memiliki proses dan jalannya masing-masing. Karena itu, kita tidak bisa dan bahkan tak adil bila saling membandingkan diri, “Kita akan tersesat karenanya,”
Pada dasarnya, inti dari iri hati adalah keterikatan. Kalau kita masih terikat pada satu hal, dan tidak bersyukur pada apa yang sudah diterima, kita akan cenderung memalingkan wajah ke orang lain. Rumput tetangga akan terlihat lebih hijau daripada rumput halaman sendiri.
Padahal, rumput kita sendiri bisa saja lebih berkualitas.
a. Orang yg bisa memahami orang lain adalah orang yg pandai.
b. Orang yg bisa memahami dan mengerti diri sendiri adalah orang yg sadar.
c. Orang yg bisa mengalahkan orang lain adalah orang kuat / bertenaga.
d. Orang yg bisa mengalahkan diri sendiri adalah orang yg benar2 ksatria yg gagah perkasa.
e. Orang yg bisa merasa kecukupan dan tahu diri, serta tidak banyak mengharapkan hal2 yg absrut / tidak banyak mengkhayal, adalah orang yg benar2 kaya.
f. Orang yg pantang mundur dalam perjuangan hidupnya, adalah orang yg punya semangat dan cita2 yg tinggi.
2. Riya
Riya adalah melakukan sesuatu sekedar ingin dilihat atau
dinilai oleh orang lain, bukan ikhlas karena Allah.. Jadi kebalikan
dari riya adalah ikhlas. Dalam perspektip nilai amal, kualitas amal
sangat ditentukan oleh keikhlasan. Dalam sebuah hadis disebutkan
bahwa orang Islam itu sia-sia, kecuali yang mukmin, yang mukminpun
sia-sia kecuali yang pandai atau alim, tapi yang alimpun sia-sia
kecuali yang beramal, dan yang beramalpun sia-sia kecuali yang
ikhlas. (al Muslimun kulluhum halka illa
Bagaimana mengobati Penyakit riya ?
Penyakit riya sebenarnya merupakan eskalasi dari Penyakit
lain, oleh karena itu sebenarnya resep untuk mengobati Penyakit itu
harus dengan menggunakan terapi umum penyakit hati.
tentang bagaimana mengobati, penyakit hati yang isinya sudah
didakwahkan dalam bentuk lagu sejak zaman para wali hingga Cak Nun,
yaitu yang berjudul Tamba ati.. Kata Cak Nun tamba ati (obat hati)
itu ada
1. Kerjakan salat malam.
2. Zikir panjang diwaktu malam
3. Membaca Qur'an dengan merenungkan maknanya
4. Biasakan puasa (perut lapar)
5. Bergaul dengan orang saleh.
kulluhum halka illa al `limun, wa al `alimun kulluhum halka illa al
`amilun, wa al `amilun kulluhum halka illa al mukhlisun)
3. Ghibah
Ghibah atau menggunjing adalah menceriterakan atau menyebutkan
tentang seseorang tidak didepan orangnya atau secara gaib, satu hal
yang jika didengar oleh orang yang bersangkutan pasti ia tidak
menyukainya, meskipun yang dikatakan itu benar. Agama Islam
mengajarkan agar kita hanya berbicara hal yang baik dan perlu, jika
tidak ada hal baik yang perlu dikatakan maka sebaiknya diam(fal
yaqul khoiran au liyashmut). Nabi mengajarkan agar jika kita
berbicara maka pembicaraan itu merupakan perwujudan dari zikir, jika
diam maka diamnya merupakan perwujudan dari berfikir dan jika
melihat, maka penglihatannya itu merupakan perwujudan dari mengambil
pelajaran (shumti fikran, wa nuthqy zikran, wa nazory `ibratan).
Dalam perspektip ini maka pekerjaan menggunjing merupakan pekerjaan
yang kontra produktip, yang menurut Al Gazali disebabkan oleh
beberapa hal :
a. Menggunjing karena sedang menghilangkan rasa sebal kepada
yang digunjing.
b. Karena sedang mendukung teman yang kebetulan lawan dari yang
digunjing.
c. Merasa sedang dimusuhi oleh orang yang digunjing.
d. Ingin membersihkan diri dari anggapan orang tentang sesuatu
yang tidak baik.
e. Ingin dianggap lebih tinggi dari orang lain.
f. Semata-mata karena dengki
g. Sekedar bergurau
h. Menganggap rendah orang yang digunjing
i. Karena kagum kepada yang digunjing
j. Karena kasihan kepada yang digunjing
k. Bisa juga karena marah, yang marahnya itu karena membela
kebenaran.
Pekerjaan menggunjing bukan hanya contra produktip dan menyakiti
orang lajn, tetapi juga berdosa. Meski demikian ada gunjingan yang
dibolehkan, yaitu :
a. Ketika melaporkan perbuatan kriminal kepada petugas
berwenang.
b. Ketika meminta pertolongan untuk mencegah kemungkaran
c. Ketika menegur kelakuan orang lain (dakwah) atau ketika
menjadi saksi demi menyelamatkan orang yang tak bersalah.
d. Ketika meminta fatwa tentang perbuatan yang perlu keterangan
rinci.
e. Ketika menanyakan identitas seseorang (gelarnya, pangkatnya
dsb.)
f. Ketika mengingatkan kepada orang lain agar hati-hati terhadap perilaku jahat yang jelas-jelas ia ketahuinya.
Sedangkan pengobatan secara khusus ghibah, menurut para ulama
ada tiga hal, yaitu :
a. Banyak membaca yang memperluas ufuk wawasan
b. Aktip interospeksi, muhasabah, sibuk mengurusi keburukan
diri sendiri.
c. Memadukan ilmu dan amal.
Kiat Mengobati Penyakit Hati
Cara pertama untuk mengobati penyakit hati, menurut Al-Ghazali, adalah
dengan mencari guru yang mengetahui penyakit hati kita. Ketika kita datang
kepada guru tersebut, kita harus datang dengan segala kepasrahan. Kita tidak
boleh tersinggung jika guru itu memberitahukan penyakit hati kita.
Amirul Mummineen Umar Ibn Al-Khattab berkata, (RA) "Aku menghargai
sahabat-sahabatku yang menunjukkan aib-aibku sebagai hadiah untukku."
Seorang guru harus mencintai kita dengan tulus dan begitu pula sebaliknya,
kita harus mencintai guru kita dengan tulus. Apa pun yang dikatakan guru,
kita tidak menjadi marah. Kita juga harus mencari guru yang lebih sedikit
penyakit hatinya daripada diri kita sendiri.
Kedua, mendapatkan sahabat yang jujur. Sahabat adalah orang yang membenarkan
bukan yang `membenar-benarkan' kita. Sahabat yang baik adalah yang
membetulkan kita, bukan yang menganggap apapun yang kita lakukan itu betul.
Ketiga, jika sulit mendapatkan sahabat yang jujur, kita bisa mencari musuh
dan mempertimbangkan ucapan-ucapan musuh tentang diri kita. Musuh dapat
menunjukkan aib kita dengan lebih jujur ketimbang sahabat kita sendiri.
Keempat,
memperhatikan perilaku orang lain yang buruk dan kita rasakan akibat
perilaku buruk tersebut pada diri kita. Dengan cara itu, kita tidak akan
melakukan hal yang sama. Hal ini sangat mudah karena kita lebih sering
memperhatikan perilaku orang lain yang buruk daripada perilaku buruk kita
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar