Kamis, 27 Maret 2008

"KREATIFITAS"

Menurut aku Mungkin aku bukanlah orang yang memiliki kreatifitas yang tinggi, gak tau kenapa aku sendiri bingung untuk menceritakan sesuatu yan dianggap kreatif dalam hiupku. Tapi disini aku akan menceritakan dimana sewaktu aku duduk dibangku SMP kelas 2 aku pernah membuat pengharum pakaian yang terbuat dari sabun. Awalnya aku dan temanku iseng aja, tapi lama-kelamaan jadi keterusan dech...

Kejadiannya waktu itu ketika ibuku membeli banyak sabun, dan kebetulan teman dekatku sedang main dirumahku. Aku sangat suka sekali dengan harumnya sabun itu, dan aku memberi usul kepada temanku agar sabun itu menjadi sesuatu yang beda. Akhirnya aku menemukan ide bahwa aku ingin menjadikan sabun itu menjadi penharum pakaian di lemariku. Yaa memang itu bukan sesuatu yang aneh tapi entah kenapa aku sangat tertarik untuk membuat pengharum ruangan yan berasal dari sabun itu.

Membuat penharum pakaian dari sabun itu memang tidak sulit, dan tidak perlu memakan biaya banyak. bahan-bahannya hanyalah sabun, pita, jarum pentul dan kawat. Awalnya sabun itu di tusuk oleh jarum pentul dan di tusuk diseluruh permukaan pinggir atas dan bawah sabun itu. kemudian kawat yang berbentuk busur yang terlebih dahulu aku lilitkan dengan pita itu di tusuk di sisi kanan dan kiri sabun itu, dan terakhir sabun itu aku bungkus hanya di permukaan depandan belakangnya saja. Dan selesai dech ....

Hasilnya juga tidak mengecewakan, cukup bagus dan harum, ibuku pun sangat menyukainya dan ibuku meminta aku untuk di buatkan kembali pengharum pakaian yang terbuat dari sabun itu. Dan yang membuat aku lebih senang ternyata teman-teman ku pun senang dengan hasil karyaku dan mereka juga ingin meniru apa yang aku buat...

Ya mungkin hanya itu saja yang bisa aku ceritakan disini, dan setidaknya aku pernah melakukan kreatifitas dalam hidupku meski mungkin aku juga banyak melakukan suatu bentuk kreatifitas yang aku sendiri tidak menyadarinya.

Senin, 17 Maret 2008

Hilangnya Jati Diri

Ciri remaja yang aku alami ketika ku kehilangan jati diriku atau perasaan ingin seperti orang yang aku idolakan itu berlangsung ketika aku beranjak pada usia ± 14 tahun. Ketika itu aku sangat mengidoloakan artis Dian Sastro Wardoyono, entah mengapa perasaan itu muncul. Perasaan ingin seperti Dian Sastro, atau karena mungkin waktu itu sedang ramai dan semaraknya film Ada Apa dengan Cinta yang pemeran utamanya Dian Sastro.

Menurutku Dian Sastro waktu itu adalah wanita yang sangat cantik, baik hati, memiliki pacar seperti rangga yang diperankan oleh Nicolas Saputra dan memiliki sahabat yang begitu mengerti dan yang selalu ada dikala senang ataupun sedih.

Dahulu aku ingin sekali seperti Dian Sastro, aku ingin memiliki kepribadian seperti dia, sampai-sampai dulu aku memiliki DVD dan kaset Ada Apa Dengan Cinta. Dan jika aku melihat ada foto atau gambar Dian Sastro di majalah-majalah aku selalu mengguntingnya dan menempelnya di dalam fileku... he...

Dan terlebih dulu aku berkata sama ibuku kalau aku ingin memiliki rambut panjang seperti Dian Sastro, meski ibuku sempat menolaknya, hampir berapa bulan aku tidak memotong rambutku dan membiarkannya tumbuh panjang, meski aku belum terbiasa memiliki rambut sepanjang seperti Dian Sastro.

Mungkin hanya itu dan hanya Dian Sastrolah artis yang benar-benar aku idolakan, dan itulah saat dimana aku kehilangan jati diriku yang sebenarnya dan merasa ingin seperti orang yang diidolakan yang lebih sempurna dari pada keadaan aku yang sebenarnya.

Konflik Terhadap Keluarga

Ciri remaja yang aku alami untuk proses pendewasaan dalam hal terjadinya berbagai konflik terhadap keluarga baik dengan orang tua maupun dengan kakak-kakakku tidak begitu banyak, Mungkin karena aku baru menginjak masa remaja kali yach.. hehe...

Belakangan ini aku selalu menuruti dan mengikuti apa yang diinginkan oleh keluargaku karena memang aku masih kecil dan kekanak-kanakan. Jadi mau tidak mau, setuju atau tidak setuju aku harus mengikuti apa yang diinginkan oleh keluargaku. Dan aku baru merasakan konflik yang cukup berat pada saat ini.

Konflik yang terjadi pada saat ini di keluargaku yaitu disaat orang tua dan kakak laki-lakiku menginginkan aku untuk tinggal di pondok pesantren yang ada di kawasan kampus. Menurut aku itu cukup berat untuk dilakukan, tapi keluargaku sangat memaksa untuk tinggal di pon-pes, dengan alasan agar aku bisa lebih banyak mendapatkan ilmu agama terlebih aku sekarang masuk dalam jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia yang pelajaran agamanya cukup minim meski dalam Fakultas Tarbiyah. Karena awalnya keluargaku menginginkan aku untuk masuk dalam Jurusan PAI yang pelajaran agamanya sangat banyak.

Dan alasan yang kedua agar aku bisa hidup lebih aman, tidak banyak main dan lebih terarah. Karena kakak laki-lakiku cukup tau bagaimana kehidupan anak kos dikawasan kampus. Meski keluargaku juga sangat memahami bahwa aku enggan untuk tinggal di pon-pes. Terlebih ibuku, dia selalu menangis jika aku, ayahku dan kakak laki-lakiku sedang beradu argumen tentang kelanjutan kehidupanku setelah di Asrama. Aku tidak tahu apakah pemikiran keluargaku yang kolot atau memang aku yang enggan untuk tinggal di pon-pes. Yaaa... aku akui niat keluargaku sangat baik, dan mereka selalu berkata “kami melakukan itu karena kami sayang sama kamu...”

Pernah terlintas dalam fikiran keluargaku bahwa aku akan dipindahkan kuliah di Universitas yang jaraknya berada tidak jauh dari rumah. Aku sangat menolaknya karena aku sudah merasa nyaman sekali kuliah di UIN Jakarta ini dan memiliki kawan-kawan yang cukup baik. Dan pernah ada juga timbul usulan dari kakakku bahwa aku dibelikan motor saja, tapi ibuku menolaknya karena keadaan fisikku yang tidak memungkinkan.

Jujur, aku mengalami dilema yang cukup berat... bukannya aku anti sama dunia pesantren tapi rasanya aku belum siap... he... Dahulu aku memang sempat tertarik dengan dunia pesantren, dan akupun hampir masuk dalam salah satu pon-pes yang ada dikawasan Bogor tapi pada saat itu karena waktu dan keadaan yang tidak tepat untukku tinggal di pon-pes.

Alasan aku tidak mau untuk tinggal di pon-pes karena mungkin aku tidak memiliki teman yang aku kenal untuk tinggal bersama di pon-pes, aku enggan untuk menjalani hidup dengan orang-orang yang baru dan tidak ada satu orangpun yang ku kenal sebelumnya. Kedua mungkin karena aku khawatir akan tugas-tugas yang menumpuk jika disatukan antara tugas kampus dan tugas pon-pes, tidak pesantren saja tugas kampus sudah menumpuk apalagi jika ditambah tugas pon-pes.

Entah harus bagaimana aku harus menghadapi keluargaku yang sangat begitu memaksa agar aku tinggal di pon-pes. Sudah berbagai alasan ku kemukakan pada keluargaku tapi tetap saja mereka bersikukuh terhadap keputusannya. Aku tidak mau melawan kehendak keluargaku, aku sangat menghargai keputusan yang diambil keluarga tapi apakah ini jalan yang terbaik untukku??? Mungkin menurut keluargaku memang ini yang terbaik, tapi apakah benar???

Sisa waktuku untuk tinggal di Asrama Putri yang aku diami selama ini hanya tinggal beberapa bulan saja, teman-temanku sudah sibuk untuk mencari kostan yang baru, tapi aku... sama sekali tidak ada bayangan!!!

Mungkin sangat menyedihkan, tapi aku sendiri bingung apa yang harus saya lakukan???

Di satu sisi aku selalu ingin membahagiakan keluarga dan ingin menjadi anak yang selalu patuh atas perintahnya tapi hati nuraniku mengatakan bahwa aku belum siap!!!

Yach... biar waktu yang menjawab semuanya. Aku serahkan semuanya pada yang Maha kuasa dan yang Maha Mengetahui apa tang terbaik untuk hambanya...

Aku yakin apapun yang terjadi nanti itu adalah yang terbaik untuk kehidupanku... insyaAllah aku akan menjalaninya dengan sabar dan ikhlas...